Menurut pendapat saya, kajian yang dapat dilakukan selain menggunakan metode Semiotika yaitu dengan lambang, indeks, ikon, gaya bahasa, dan fim.

Lambang adalah suatu tanda yang terbentuk secara konventisional. Lambang dibentuk karena adanya consensus dari pada pengguna tanda.

Ikon adalah suatu tanda yang berhubungan berupa kemiripan.

Indeks adalah suatu tanda yang berhubungan antara tanda, karena kedekatan eksistensi.

Untuk membuat sebuah kajian sangat diperlukan adanya gaya bahasa yang akan digunakan. Gaya Bahasa sangat diperlukan agar semua masyarakat dapat mengerti apa yang dibahas atau yang di terangkan. Gaya bahasa yaitu susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dari dalam hari sang penulis yang dapat menimbulkan suatu perasaan terhadap sang pembaca atau sang pembaca terbawa suasana hati sang penulis. Gaya bahasa seseorang yang di ucapkan menimbulakn perasaan, baik secara lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan reaksi pembaca berupa tanggapan. Orang Yunani pada saat itu sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style, yaitualiran platonik dan alirab aristoteles.

Aliran Platonik menganggapstyle sebagai kualitas suatu ungkapan.

Aliran Aristoteles menganggap bahwa style merupakan sebuah kualitas yang inhern. Dengan ini, aliran platonik merupakan karya yang memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya dan sebaliknya aliran aristoteles mengungkapkan bahwa semua karya memiliki gaya yang tinggi dan ada yang rendah, kuat dan lemah, dan memiliki gaya yang bagus ataupun gaya yang jelek.

Film merupakan media komunikasi massa pandang dan mendengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan cara direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya. Sejauh ini film di klarifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu

Action : film yang dipenuhi dengan aksi, perkelahian, tembak-menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya.

Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan para pemain.

 Drama, film yang menggambarkan realita disekeliling hidup manusia. Alur cerita film drama terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata.

Musikal, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama seperti drama, hanya saja dibeberapa bagian adegan dalam film para pemain bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog menggunakan musik.

Horror, film yang berusaha untuk memancing emosi berupa ketakutan dan rasa ngeri dari penontonnya.

Sumber : http://repository.radenfatah.ac.id/4196/3/BAB%20II.pdf

 

Comments

Popular posts from this blog

Hendra Gunawan dan lukisan Diponegoro yang terluka

Kajian Literatur